• GO-GREEN
  • #
  • #

We Care

Logo Batam EcoCare Society

Translate

English by Google Translation Mandarin by Google Translation Korea by Google Translation Tagaloq by Google Translation

Bread Today


Sumber: SABDAweb

Preview

Kontak

Berdoa dan Berbuat

1 Petrus 4: 7-11 "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut. Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin."

Secara positif, maksud kalimat “kesudahan segala sesuatu sudah dekat” mengarah kepada tahap selanjutnya yang harus dicapai setelah dunia ini berakhir, yakni pada kehidupan yang kekal setelah kematian di dunia. Dunia ini bukan akhir dari segalanya, tetapi merupakan pintu gerbang kepada segala sesuatu yang tidak akan ada akhirnya, sehingga jalan yang harus dilalui adalah berbuat sesuatu yang terbaik yang bisa dilakukan, dalam penguasaan diri, ketenangan dan doa. Kalimat “ kesudahan segala sesuatu sudah dekat” secara tersurat diarahkan oleh Rasul Petrus kepada jemaat (umat yang dipilih) yang diaspora (yang tersebar) di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia sebagai sebuah peringatan bahwa pada waktu itu Rasul Petrus begitu peka melihat tanda-tanda zaman sudah ada, yang menjurus pada kesudahan dunia.

Dan pada masa-masa sulit ini, jemaat diajak untuk memandang kenyataan dengan tidak gentar, kacau, atau takut, tetapi justru bisa menguasai diri, tenang dan mengarahkan diri pada kekuatan doa agar bisa melakukan karya Illahi ditengah tanda-tanda zaman. Kesempatan dalam waktu sempit tersebut adalah peluang yang jarang didapat dan mungkin tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Hidup di dunia kesempatannya hanya sekali, sehingga kesempatan ini, jangan disia-siakan, jangan buang waktu dengan percuma.

Untuk dapat melakukan peran diatas, umat Tuhan dihimbau untuk dapat menguasai diri dan tenang. Menguasai diri dan tenang bukan berarti ingin menunjukkan kemanusiaan yang harus hebat – atau sebagai manusia yang mempunyai kekuatan super - dalam menghadapi hidup yang terus bergejolak. Karena dibagian selanjutnya umat diarahkan agar bersekutu kepada Tuhan dalam doa. Kemanusiaan yang lemah diperlihatkan dan kekuatan TUHAN sebagai Sang Maha Kuasa pemberi berkat dijadikan kekuatan dan kuasa superior. Dalam doa, manusia bersekutu dengan Tuhan. Bahkan doa adalah nyawa dari kehidupan manusia. Keberhasilah jemaat dapat menjalankan tugas panggilanNya dalam waktu yang sesempit ini, bukan karena keangkuhan atas kekuatannya tetapi semata-mata karena berkat pertolongan Tuhan. Dalam waktu yang sesempit ini, ubahlah hidup menjadi lebih baik, jangan sia-siakan peluang.

Penguasaan diri, ketenangan dan doa bukanlah tujuan akhir dari umat ketika hidup di dunia. Inilah dasar yang utama agar ketiganya dapat membawa umat melaksanakan tugas panggilannya dalam mengasihi orang lain, memberi tumpangan dan melayani sesuai karunianya. Apapun yang dilakukan umat dalam melaksanakan panggilannya, bukan untuk kemuliaannya sendiri, tetapi harus demi kemuliaan TUHAN. Dialah yang empunya kemulian dan kuasa sampai selama-lamanya.

Secara garis besar, perikop ini merupakan sebuah “resep” dari si penulis surat ketika jemaat yang dituju sedang mengalami pergumulan hidup. Semacam metode pemecahan masalah dan pelimpahan tugas. Sekaligus secara bersamaan sebagai bukti kesetiaan umat pada TUHAN, walau sedang dihadapkan pada masa sulit sekalipun. Ketika umat sedang dihadapkan pada pergumulannya pribadi, dalam penguasaan diri, ketenangan dan dengan kekuatan doa, jemaat diminta untuk tidak egois dengan tidak melupakan menjangkau orang lain yang mengalami pergumulan atau kemelut seperti dirinya. Rasul Petrus ingin menyadarkan umat yang digembalakannya agar memiliki sikap lebih suka memahami orang lain daripada dipahami, karena kedewasaan umat bisa dilihat aslinya ketika sedang menghadapi masa-masa sulit.

Dalam kehidupan jemaat mungkin pernah, sedang atau akan mengalami masa-masa sulit. Jika jemaat mengalami masa-masa yang sulit, maka kecenderungan yang terjadi adalah: pertama, orang cenderung akan gugup, tidak stabil baik secara fisik, kejiwaan maupun rohaninya. Ketidaktenangan ini akan membawa pengaruh besar dalam kehidupannya. Kedua, dalam “kegoncangan” pergumulan itu ada kecenderungan orang berfokus pada diri sendiri dan kemungkinan besar agak sulit untuk memperhatikan atau bahkan menolong orang lain. Tugas panggilannya menjadi tidak terlaksana karena kegoncangan itu. Dalam teks diatas, kegoncangan ini terbaca oleh rasul Petrus dalam pelayanan pastoralnya.

Ada tradisi dalam gereja yang lebih menekankan doa sebagai satu-satunya jalan menyelesaikan segala sesuatu. Di sisi lain ada yang lebih mementingkan tindakan daripada doa. Dalam perikop tadi, doa maupun tindakan begitu penting untuk dilakukan sebagai kesatuan yang utuh. (gr)

print this page Print atau Subscribe Subscribe


Silahkan tinggalkan komentar anda tentang artikel ini.

0 comments:

Related Posts with Thumbnails
 

  © Christian Blog url: Menara Doa Batam 2007 | prayer request: permohonandoa@yahoo.co.id

Design by: George Rudi | Jump to TOP