• GO-GREEN
  • #
  • #

We Care

Logo Batam EcoCare Society

Translate

English by Google Translation Mandarin by Google Translation Korea by Google Translation Tagaloq by Google Translation

Bread Today


Sumber: SABDAweb

Preview

Kontak

Mengikut Tuhan di Tengah Teriknya Kehidupan

Keluaran 15:22
Seorang pemuda tengah jatuh cinta pada seorang perempuan dari desa sebelah. Ia bertekad untuk langsung melamar sang gadis. Sesuai dengan kebiasaan yang ada di wilayah itu, maka sang pemuda harus memberikan seekor sapi kepada sang gadis. Ia pun membeli seekor sapi, merawatnya dengan baik, dan akhirnya satu tahun kemudian ia membawa sapi itu untuk melamar sang gadis. Rekan-rekan pemuda itu mengantar sampai di perbatasan desa itu. Sang pemuda itu menuntun sendiri sapi yang diberikan.
Satu Jam kemudian, sang pemuda berjalan keluar dari desa sang gadis. Rekan-rekannya gembira melihat pemuda itu tidak lagi membawa sapi itu. Itu tandanya lamaran sang pemuda diterima. Tapi, sang pemuda terlihat murung wajahnya. Rekan-rekannya bertanya," Lho kenapa wajahmu murung seperti itu?" Sang pemuda itu menjawab," Lamaran saya ditolak mentah-mentah." "Lho, kalau begitu di mana sapimu?" Sang pemuda menjawab," Itulah, pemberian sapi saya diterima, tetapi lamaran saya ditolak."

Apa komentar Anda tentang perilaku sang gadis yang hanya mau menerima sapi pemberian pemuda itu, tetapi menolak lamarannya? Mau hartanya, tetapi menolak orangnya.
Mari kita lihat relasi kita dengan Tuhan. Jika kita hanya mau menerima berkat-berkat Tuhan, tetapi menolak kehadiran-Nya atas hidup kita. Bukankah sikap kita sama seperti sang gadis dalam cerita tadi? Sikap materialistis atau mata duitan. Jika kita hanya mau mengikut Tuhan supaya berkat-berkat-Nya tercurah, tetapi meninggalkannya begitu hidup menjadi susah. Bukankah itu sikap yang sama seperti sang gadis itu?
Sayangnya banyak orang berjalan mengikuti Tuhan dengan sikap materialistis tadi. Tuhan hanya dipandang sebagai sang pemberi berkat yang harus terus menerus melayani kebutuhannya. Orang Kristen yang bersikap seperti ini salah mengerti tentang apa artinya berjalan mengikut Tuhan. Dari kisah perjalanan orang Israel tadi, kita dapat belajar tentang apa artinya perjalanan mengikut Tuhan.

Pertama - Perjalanan mengikut Tuhan bukanlah sebuah perjalanan tanpa pergumulan dan kesulitan.
Mari kita perhatikan bacaan kita tadi. Orang Israel telah dilepaskan dari tanah Mesir dengan mukjizat yang luar biasa. Laut merah terbelah, sehingga orang Israel bisa melewatinya. perjalanan orang Israel secara kasat mata dipimpin oleh Tuhan melalui tiang awan dan tiang api. Bukan Musa yang menentukan rute mereka, dan kapan mereka berangkat dan pergi. Tuhanlah yang menentukan. Dalam perjalanan hidup yang dipimpin Tuhan sendiri itu, kesulitan-kesulitan harus dihadapi.
Di Mara hanya terdapat air minum yang pahit, (Keluaran 15:22). Orang Israel bersungut-sungut. Di padang gurun Sin, orang Israel menggerutu karena tidak ada persediaan makanan. Di Masa dan Meriba, orang Israel kembali mengeluh tentang tidak adanya air, (Keluaran 17:1). Orang Israel menjadi sangat mudah untuk menggerutu karena mereka berpikir bahwa jika Tuhan yang memimpin perjalanan mereka, maka segalanya akan berjalan dengan lancar dan nyaman. Oleh karena itu, mereka tidak siap menerima realita bahwa di dalam perjalanan bersama dengan Tuhan pun kesulitan dan pergumulan hidup tak terhindarkan.

Kedua, Perjalanan mengikut Tuhan adalah sebuah perjalanan mengenal dan mengalami Allah.
Jika perjalanan mengikut Tuhan bukanlah sebuah perjalanan tanpa pergumulan dan kesulitan, lalu apa artinya atau untungnya berjalan mengikut Tuhan? Mengapa Tuhan tidak mengangkat dari kita semua kesulitan dan pergumulan dalam perjalanan kita mengikut-Nya? Dalam setiap kesulitan yang dihadapi oleh orang Israel : di Mara, di Padang Gurun Sin, dan di Masa dan Meriba, maka kita akan mendapati bahwa semua kesulitan itu akhirnya diselesaikan oleh Tuhan. Dalam kasih dan kuasanya yang besar, Tuhan melakukan mukjizat-Nya. Tapi, orang Israel gagal untuk menangkap pelajaran yang hendak Tuhan berikan. Buktinya, dari pengalaman Mara seharusnya mereka belajar bahwa soal menyediakan kebutuhan yang mereka perlukan adalah hal yang mudah bagi Tuhan. Orang Israel gagal untuk menangkap pelajaran berharga ini. Mereka terus menerus mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan di tengah mereka. Di tengah begitu banyak mukjizat yang terjadi, toh orang Israel jatuh bangun untuk mempercayai Tuhan.

Mengapa? Karena Orang Israel gagal untuk melihat bahwa perjalanan mengikut Tuhan adalah sebuah perjalanan untuk mengenal dan mengalami Allah secara makin mendalam. Seperti Si Gadis di awal tadi, hanya menikmati hadiah dan berkat, tetapi menolak untuk mengenal pribadi sang pemberi. Menikmati berkat-berkat Allah, tetapi enggan untuk mengenal dan mengalami Allah secara mendalam. Apa yang selama ini menjadi fondasi kehidupan kita? Kekayaan? Kebijaksanaan? Kekuatan? Bukankah tiga hal ini yang dicari dan dikejar semua orang?
Tapi dengarkanlah firman Tuhan : "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku (Yer 9:23-24).

Inilah yang terpenting dalam kehidupan kita dari sudut pandang Tuhan : memahami dan mengenal Tuhan atau mengalami Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita setuju dengan pendapat Tuhan bahwa mengalami Tuhan adalah fondasi kehidupan kita? Kalau kita setuju dengan Tuhan, maka bersediakah kita terus berjalan bersamanya, walau itu harus berarti menjumpai kesulitan dan pergumulan. Walau itu harus berarti airmata dan bukan tawa ria? Mantapkan langkah untuk berjalan mengikut Tuhan.

Jika anda diberkati silahkan tinggalkan komentar anda tentang artikel ini. GBU

0 comments:

Related Posts with Thumbnails
 

  © Christian Blog url: Menara Doa Batam 2007 | prayer request: permohonandoa@yahoo.co.id

Design by: George Rudi | Jump to TOP